***
Shin Woo Hyun bertanya pada Lee
Seul Bi dimana alamat rumahnya. Namun Seul Bi malah bertanya balik dengan
polos, apa aku harus mengetahuinya? Lagipula kalau dia memberitahu mungkin Woo
Hyun tak akan percaya.
Woo Hyun menyuruh Seul Bi
menceritakan semua padanya, dia akan percaya kok. Seul Bi mendongak menatap
langit kemudian jarinya menunjuk ke langit diatas sana. Woo Hyun berdecak tak
percaya.
“Lihat, kau bahkan tidak percaya
padaku.”
Seul Bi terbelalak, tangannya
memegang dadanya yang terasa aneh. Tiba – tiba dia berteriak mengejutkan Woo
Hyun. Woo Hyun kebingungan dengan apa yang terjadi, Seul Bi meraba dada Woo
Hyun dengan panik. Apa kau berdebar – debar juga?
Woo Hyun risih diraba oleh Seul
Bi. Sedangkan Seul Bi memeluk tubuhnya sendiri dengan panik, “apa yang harus
aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan?”
Seul Bi meliha Sunbae – nya yang
tengah berjalan dengan nyawa seorang kakek, Seul Bi berniat menghampiri Sunbae
yang ada di seberang jalan.
Namun karena tak terbiasa
menyeberang, Seul Bi langsung berlari menerobos lalu lintas. Sigap, Woo Hyun
meraih tangan Seul Bi hingga dia tertarik ke pelukannya. Bukannya melepas
pelukan itu, Seul Bi malah semakin mempererat dekapannya pada Woo Hyun. Dia
mendengar detak jantung Woo Hyun, “Kau juga berdetak. Apa aku benar-benar
menjadi manusia?”
Woo Hyun kembali risih dengan
sikap polos yang hampir mendekati oon itu, dia mendorong Seul Bi menyingkir.
Seul Bi melambai pada Sunbaenya
diseberang jalan agar mendekat. Sedangkan Woo Hyun menatap kelakuan Seul Bi
dengan aneh.
Secepat kilat, Sunbae Seul Bi
sudah ada didepannya. Seul Bi menjelaskan kalau dia seperti sekarang karena
menolong pria yang bersamanya, Woo Hyun. Dan catatan hitamnya pun menghilang.
“Kau menghilangkan catatan
hitammu?” tanya Sunbae dan dijawab anggukan sedih oleh Seul Bi.
Woo Hyun menatap tak ada siapapun
dihadapan Seul Bi tapi Seul Bi terus saja berbicara. Dia menebak – nebak,
jangan – jangan gadis itu dijatuhinya hingga jadi seperti sekarang.
Seul Bi menoleh pada Woo Hyun
yang sedari tadi memperhatikannya, Woo Hyun menarik paksa Seul Bi karena mereka
harus pergi ke suatu tempat.
“Cari sebuah cara agar aku bisa
kembali. aku rasa jawabannya ada dalam dirinya (Woo Hyun).” Pinta Seul Bi pada
Sunbae ketika dia ditarik paksa oleh Woo Hyun.
***
Woo Hyun menarik Seul menuju ke
kantor polisi. Didepan gedung tersebut ada seorang yang bernyanyi riang sambil
mengecat namun ketika ia menoleh, dia menatap Seul Bi seolah ada sesuatu. Seul
Bi juga menatapnya aneh namun tak berlangsung lama petugas cat itu kembali
mengecat sambil bersenandung ria.
*Berarti disini Seul Bi belum
memiliki nama tapi kalau seandainya aku gak pake nama Seul Bi bakalan jadi
rumit. Masa aku sebuat gadis itu gadis itu. Jadi aku tulis Seul Bi aja meskipun
namanya belum tercipta buat dia. OK^^
Petugas jaga bertanya siapa nama
Seul Bi, namun Seul Bi tak menjawab. Woo Hyun memnjelaskan kalau sepertinya
Seul Bi itu lupa ingatan.
Seorang petugas polisi ikut
bergabung disana, Woo Jin menyapa Woo Hyun sebagai anak muda yang memiliki hati
terpuji karena menolong pria sekarat yang ada di pinggir jalan.
Petugas polisi tanya apakah
Kepala Polisi Woo Jin mengenal anak – anak itu. Dia membutuhkan beberapa
informasi untuk bisa menangani masalahnya. Seul Bi malah bangkit lalu
celingukan memperhatikan situasi kantor polisi.
“Bisakah aku mengajukan beberapa
pertanyaan?” tanya Woo Jin pada Seul Bi yang sedang berdiri kebingungan. Woo
Hyun segera mendudukkan Seul Bi lagi.
Ponsel Woo Hyun berdering, dia
segera menerima panggilan dari seorang diseberang yang bernama Ki Soo.
Diseberang, Ki Soo terkejut apa
yang membuat Woo Hyun ada di kantor polisi. Nenek Woo Hyun panik mendengar
ucapan Ki Soo sedangkan Ibu Jin Young yang ada di restoran malah senang. Dia
menarik ponsel yang di genggam Ki Soo. “Karena dia sudah di kantor polisi, itu
sangatlah bagus.”
Ibu Jin Young pergi dengan
diikuti oleh Nenek Woo Hyun.
“kau tidak bisa mengingat nama
mu?” tanya Woo Jin.
Seul Bi masih celingkukan mencari
– cari sesuatu, ada sebuah majalah yang memuat iklan bir. I Seul. Seul Bi berkata kalau namanya adalah Lee Seul.
“Nama keluargamu?”
Seul Bi melihat foto Rain Bi yang
ada di majalah itu pula. “Bi” jawab Seul Bi. Woo Jin menebak – nebak. “Bi..
Seul. Bi Seul.. Bi Seul.” Ucap Woo Jin agak aneh.
“Oh ya. Lee Seul Bi?” tanya Woo
Jin menebak. Tebakan itu disambut senyuman oleh Seul Bi. Inilah sejarah dimana
nama Seul Bi tercipta. Woo Hyun bergumam heran kenapa begitu mudahnya Seul Bi
menjawab padahal ketika ditanya nama oleh Woo Hyun, Seul Bi tak mengatakannya.
Berarti kalau Seul Bi mengingat nama maka ia akan mengingat segalanya.
Woo Hyun sekarang merasa kalau
tanggung jawabnya telah berakhir, dia meminta polisi untuk menghubunginya kalau
ada sesuatu. Woo Hyun menuliskan nomor ponselnya dan menyuruh polisi mengiriman
pesan teks kalau ada apa – apa.
Woo Hyun berniat pergi namun Seul
Bi malah menahan lengan Woo Hyun.
Datang Ibu Jin Young mengajukan
tuntutan untuk Woo Hyun karena telah menyebabkan putrinya berniat bunuh diri
dan atas tuduhan kekerasan di sekolah.
Nenek datang, Woo Hyun segera
menghampirirnya. Melihat keadaan yang semakin ramai, Woo Jin meminta agar
mereka bisa menyelesaikannya secara kekeluargaan saja. Ibu Jin Young menuduh
Woo Jin telah membela tersangka, Woo Jin mengelak. Bukan karena masalah itu
tapi kalau menuduh tanpa bukti itu akan sulit apalagi si pelaku masih dibawah
umur.
Ngomong – ngomong masalah bukti
ternyata Ibu Jin Young telah menyiapkannya, dia menyuruh Pak Guru memberikan
berkas yang telah ia siapkan. “Anak-anak mengirimkan laporan kekerasan di
sekolah mengenai anak ini.”
Woo Hyun mendelik kesal pada Pak
Guru, bisa – bisanya dia melakukan itu padanya.
Seul Bi angkat bicara. Dia yakin
kalau Woo Hyun sama sekali tak berniat membunuh Jin Young. Dia ada disana
menyaksikan dan memang Jin Young lah yang berniat bunuh diri sedangkan Woo Hyun
malah menolongnya.
“Siapa kau?” tanya Ibu Jin Young
remeh.
“Aku Lee Seul Bi? kau siapa?”
ucap Seul Bi mantap.
“kau ini anak kecil, Benar -
benar ... untuk orang dewasa. Dengan siapa kau berkata ...?”
“Ahjumma jahat.” Ucap Seul Bi
penuh penekanan. Sedangkan Ibu Jin Young hanya bisa melongo tak percaya dengan
ucapan Seul Bi. Woo Hyun tak tahan dengan sikap Seul Bi yang memperburuk
suasanan, dia pun mengajak Seul Bi keluar.
Woo Hyun mengantarkan Seul Bi
keluar dan menyuruhnya untuk diam. Dia pun kembali masuk ke kantor polisi.
“Tetap tenang , kau ini siapa?! Woo
Hyun?! Aigoo, kalian adalah orang-orang keras.” Kesal Seul Bi.
Nenek berlutut dihadapan Ibu Jin
Young agar mengampuni kesalahan cucunya. Setidaknya sampai lulus kuliah. Bukannya
iba, Ibu Jin Young semakin memaki nenek Woo Hyun yang sekarang memohon tentang
nafkah. Menjijikkan. Dia pun segera pergi.
Woo Hyun kembali ke sana, dia
bertanya kepada pak guru apakah benar kalau laporan itu benar – benar ditulis
oleh teman – temannya. Pak Guru agak ketakutan tapi dia berkata kalau ini semua
salah Woo Hyun karena bertingkah. Pak Guru berniat pergi namun urung ketika Woo
Jin meminta pada detektif Park untuk mengecek kebenaran tulisan tersebut.
“Kami mengurus orang yg berbohong
dengan hukum yg tegas. Sedikit lebih agresif.” Ucap Woo Jin menyindir Pak Guru.
Woo Hyun hanya bisa menatap
kepergian gurunya itu dengan kemarahan, tangannya terkepal kesal.
[FLASHBACK]
“Ibu, tapi itu masih sedikit ...” ucap Pak Guru di telefon.
Woo Hyun melihatnya dari pintu
kantor yang sedikit terbuka, setelah menyadari kehadiran Woo Hyun disana, Pak
Guru salah tingkah dan menyembunyikan buku yang ada di mejanya.
[FLASHBACK END]
Woo Hyun berlari mengejar Pak
Guru, dia tahu kalau pak gurunya telah membuat laporan palsu. Dia bertanya –
tanya kenapa pak guru begitu takut dengan Ibu Jin Young. Apa karena dia komite
sekolah yang menjadi lumbung uang?
Pak Guru tampak tak enak hati
tapi juga tak bisa berbuat apa – apa. Hanya ini yang bisa ia lakukan. Pak Guru
pun pergi meninggalkan Woo Hyun.
Nenek membungkuk hormat pada Pak
Guru. Woo Hyun kesal dengan sikap neneknya, dia itu korban sekarang. Dia
menyelamatkan Jin Young. Nenek, kau tidak percaya padaku? aku sedang menerima
ketidak adilan sekarang.
“Apa kau pikir aku bekerja dg
jari-jari ini untuk membesarkanmu sehingga kau bisa sering keluar masuk kantor
polisi? Jika kau berakhir di sini sekali lagi, aku akan mengeluarkanmu dari
daftar keluarga ku.” Kesal Nenek meninggalkan Woo Hyun yang tampak terpukul.
“OH MY GOD!!!!” jerit Ibu Jin
Young menatap mobil putihnya yang bagus penuh dengan coretan cat. Dia kesal
bukan kepalang, mobilnya yang bagus sekarang tampak jelek. Siapa pelakunya?
***
Wajah Seul Bi di penuhi oleh
coretan cat berbagai warna, dia terdiam. Fokus menatap Ki Soo yang tengah
memakan kue beras. Seul Bi mencoba memperlajari gerak – gerik yang dilakukan Ki
Soo.
“Dia
menempatkan dalam mulutnya. Dia mengunyah itu. Kemudian tegukan dan menelannya
sampai kebawah. Baiklah!” batin Seul Bi.
Seul Bi meraih sumpitnya namun
bukan menempatkan sumpit itu di jari – jarinya tapi dia malah menggenggam
sumpit tersebut lalu menusuk – nusukkannya pada kue beras. Jelas saja tak ada
kue beras yang tersumpit malah sausnya muncrat ke wajah Woo Hyun.
“Kau sengaja yah?” kesal Woo Hyun
seraya mengganti sumpit Seul Bi dengan garpu. Seul Bi dengan semangat memakan
Kue berasnya. Namun sesuatu membuat wajah Seul Bi berubah masam, rasanya
membuat Seul Bi aneh.
“Kau sedang mencari perhatian
kan? kau bahkan tidak bisa makan sesuatu yang pedas? Ddeokbokki ... memanglah
seperti ini.” Ucap Ki Soo sambil melahap kue berasnya lagi.
Nenek datang membawakan minuman
untuk Seul Bi, dia bertanya berapa umur Seul Bi?
“aku tidak pernah menghitung nya.”
Ucap Seul Bi enteng.
Suasana langsung canggung
mendengar jawaban Seul Bi, namun Seul Bi segera menyadari sesuatu. Dia menunjuk
Woo Hyun kalau usinya sama dengannya. Suasana semakin canggung lagi, “Aku 18
tahun.” Ucapnya.
Woo Hyun tak percaya karena
dilihat dari segi manapun Seul Bi tampak jauh lebih muda darinya. Seul Bi tak
perduli, dia menunjuk papan bertuliskan lowongan pekerjaan part – time. Dia
menunjukkan kalau dirinya mau bekerja. Woo Hyun menolak karena dia hanya
mengizinkan Seul Bi tinggal disana sehari saja dan tak mau Seul Bi menjadi
benalu dalam keluarga mereka.
“kau akan ingat setelah kau makan
yg banyak dan beristirahat. kau dapat tinggal selama yang kau inginkan karena
kau menyelamatkan Woo Hyun.”
“Nenek!” tukas Woo Hyun.
“Dia adalah penyelamat hidup mu. Naiklah
ke atas dan bergantilah.” suruh nenek.
***
Woo Hyun dan Ki Soo tengah berada
di pinggur sungai menyaksikan pemandangan yang menakjubkan, Ki Soo memastikan
apakah setelah terjatuh Woo Hyun tak terluka sedikit pun. Dia kagum karena itu
benar – benar misterius. Woo Hyun juga ragu.
“Kapan kau akan pindah? Datang
saja ke sekolah ku. Gadis-gadis di sekolah ku sangat cantik.”
Woo Hyun masih dengan keraguaany.
Ki Soo menyuruh Woo Hyun untuk datang saja kesana. Jangan menjadi pengecut. Ki
Soo mengarahkan lampu skuter tepat ke wajah Woo Hyun. “Aiyoo, menjadi begitu
populer benar-benar membuat sakit kepala. Itu sebabnya jika kau memberi tahu ku
bagaimana , maka aku bisa meringankan sedikit beban itu ...” ucap Ki Soo.
Woo Hyun yang sedang tak mood
untuk bercanda malah menurunkan Ki Soo. Dia mendorong Ki Soo hingga jatuh dan
meninggalkannya.
***
Seul Bi berada di kamar nenek,
Nenek Gong masih terus terfokus dengan kalkulatornya sedangkan Seul Bi asik
melihat – lihat kamar tersebut.
Woo Hyun masuk ke kamar sang
nenek kemudian bertanya apa yang akan nenek katakan padanya. Nenek memberikan
sepatu kiriman dari Ayah Woo Hyun. Nenek Gong merasa kalau perasaan Ayah Woo
Hyun benar – benar nol, masa setiap tahun mengirimkan sepatu dengan ukuran
sama. Woo Hyun melemparkan sepatu itu pada Seul Bi, dia memberikannya dan Seul
Bi pun menerima dengan senang hati.
“Kau benar-benar memberikannya
padaku? Terima kasih. Apa ayahmu mengirimkannya dari Amerika? Lalu di mana
ibumu. Ibumu tidak tinggal di sini?” tanya Seul Bi.
Suasana langsung canggung karena
Woo Hyun terus terdiam. Nenek menyuruh Woo Hyun untuk kembali saja ke kamarnya.
Woo Hyun bangkit dan Seul Bi
mengekor dengan membawa bantal. “Apa kau berencana untuk tidur dengan ku?”
tanya Woo Hyun. Seul Bi membenarkan karena dalam drama juga sering seperti itu.
“Tidakkah kau pikir keiinginanmu
itu terlalu berbahaya? Bagaimana dengan adegan selanjutnya?” lanjut Woo Hyun
membuat Seul Bi kembali berfikir.
“Itu gelap.”
“Setidaknya, kau tahu dengan
benar.” Ucap Woo Hyun meninggalkan Seul Bi.
Selepas kepergian Woo Hyun, Nenek
Gong menegur Seul Bi agar jangan mengungkit masalah Ibu Woo Hyun dihadapannya. “Bahkan
walaupun tidak sengaja kau membicarakan ibunya lagi, kau harus meninggalkan
rumah ini. Paham??” ancam Nenek Gong.
“Kenapa begitu?” tanya Seul Bi
tak mengerti.
***
Woo Hyun kembali ke kamarnya lalu
meletakkan uang sisa saku ke tempat tabungan. Dia merebahkan tubuhnya seraya
menggenggam kalung pasangan yang ia kenakan. “Dimana ibuku hidup?” gumam Woo
Hyun.
Ponsel Woo Hyun bergetar menerima panggilan dari Jin Young.
Seul Bi mendekati kulkas untuk mencoba – coba minuman
bersoda. Dia mencicipi beberapa kaleng minuman dan bergumam ke – enak – an.
Woo Hyun turun dari lantai atas, dia terkejut melihat Seul
Bi yang diam – diam tengah meminum minuman bersoda. Seul Bi tersenyum dengan
manis sekali menanggapi gerutuan Woo Hyun.
***
Woo Hyun menemui Jin Young, dia
menyuruhnya untuk jangan bertemu lagi. dia tak ingin dikeluarkan dari sekolah. Bahkan
kalaupun itu sulit, Woo Hyun berharap agar Jin Young jangan lagi mencoba bunuh
diri.
Woo Hyun bangkit berniat pergi
namun Jin Young menahannya, dia menyuruh pada Woo Hyun untuk berbicara saja
pada ibunya. Woo Hyun menolak karena itu sama saja mengemis pada ibu Jin Young.
Woo Hyun kembali pergi, Jin Young segera meraih pinggang Woo Hyun dan
memeluknya dari belakang. Jin Young memohon agar Woo Hyun jangan pindah. Dia tak
akan membiarkannya. Kalau Woo Hyun mau berkencan dengannya maka ia tak akan
pindah.
Ternyata sedari tadi Seul Bi
memperhatikan keduanya dari balik pohon. Woo Hyun melihat Seul Bi dan tersenyum
menemukan akal. Dia menjentikkan jari agar Seul Bi mendekat padanya.
“Maafkan aku, tapi bisakah kau
pergi? Pacar ku ada di sini.” Ucap Woo Hyun pada Jin Young ketika Seul Bi
menghampirinya.
“Kenapa kau disini?” tanya Woo
Hyun pada Seul Bi.
“Apa?” Seul Bi hanya bingung.
Woo Hyun memakaikan jaketnya pada
Seul Bi, dia berkata kalau sudah malam. Jadi mereka harus segera pergi. Woo
Hyun membimbing Seul Bi jalan di sampingnya sedangkan Jin Young mengumpat Woo
Hyun dengan kesal. “Dasar Bajingan.”
***
Keduanya telah pergi meninggalkan
Jin Young, mereka berjalan berdua. Woo Hyun melihat tali sepatu Seul Bi tak
diikat. Dia pun berjongkok merapikannya. Seul Bi senang karena Woo Hyun begitu
baik bahkan dia sama sekali tak bisa mengikat talinya.
Woo Hyun membahas mengenai
dirinya yang berkata kalau Seul Bi adalah pacarnya..
“Itu? Wow, itu sangat
menyenangkan! Aku seorang teman wanita mu bukan pacarmu.” Ucap Seul Bi semangat.
“ Apa kau benar-benar tidak akan pindah? Apa itu buruk?” tanya Seul Bi.
Woo Hyun membenarkan, ada
kenangan buruk yang ingin ia hapuskan.
“Meninggalkannya dan
menghapusnya. Manusia terlalu rumit.” Desah Seul Bi.
“kau berbicara seolah-olah kau
bukan manusia.”
Keduanya kembali berjalan, Seul
Bi menatap langit di atas sana. “Kapan aku akan kembali? Apa aku bisa kembali? Lihat
di sini! Aku di sini!” teriak Seul Bi.
“aku juga di sini!” sambung Woo
Hyun. Tapi sejurus kemudian ia bertanya pada Seul Bi, sedang bertanya pada
siapa kau?
Seul Bi hanya menanggapinya
dengan cengiran khas.
*******
Bersambung Sinopsis
High School: Love On 1-3
Sebelumnya aku mau minta maaf,
tadi siang aku bilang bakalan buat jadi 2 part aja. Tapi setelah tadi sore aku
bukber dan ujaan deres banget sampai akhirnya gak bisa pulang sampe malem maka
aku ga bisa rampungin sekarang. Aku bakalan buat jadi 3 part. Mian.
Part 2 ini, kok aku makin cinteeh
sama drama ini yah. Efek si Unyu Sae Ron yang adorable itu. Dan aku ga nyangka
ternyata Sae Ron disini tetep anak kecil. Tak dipaksa buat jadi umur 18 tahun. Jadi
Cuma karena dia ngakunya 18 tahun jadi nantinya dia bakal sekolah SMA deeh.
Tapi gimana nanti dia bisa
sekolah yah, kalo semisal ga punya ijazah SD SMP? Yaudah deh. Tunggu aja
kelanjutannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar