***
Lee Seul Bi tengah melatih
kemampuannya memakai sumpit dengan menyumpiti kedelai hitam. Dia di temani
Sunbaenya, Seul Bi bertanya sampai kapankah ia akan menjadi manusia. Sunbae tak
tahu pasti tapi dia akan mencari caranya.
Seul Bi juga meminta pada Sunbae agar cepat menemukannya atau malah dia
akan mati karena hidup sebagai manusia.
“Jika aku tidak bisa, kau mungkin
akan...” ucap Sunbae gamang.
“Aku akan mati? Sunbae,
temukanlah jalan nya.” Pinta Seul Bi khawatir.
Sunbae tanya apa yang sedang Seul
Bi lakukan. Dengan senang, Seul Bi menjelaskan kalau dia tengah berusaha makan
seperti manusia. Sesuatu hal untuk makan dg baik layaknya manusia.
Sunbae menatap Seul Bi tajam, dia
menjetikkan jarinya lalu butiran kacang hitam milik Seul Bi terangkat. Sunbae
memindahkan kacang – kacang itu kedalam piring. “kau bukan manusia, jangan lupa
itu.”
Sunbae sepertinya kecewa dengan
sikap Seul Bi yang seolah menikmati kehidupannya sekarang. Sunbae pergi
meninggalkan Seul Bi.
Seul Bi memanggilnya, dia meminta
maaf. Sunbae tanya maaf untuk apa? Karena telah menjadi manusia?
Seul Bi tertunduk sedih, “Untuk
semunya.”
Sunbae berjalan pergi. Woo Hyun
keluar dari kamar tiba – tiba. Seul Bi berteriak dengan kencang, Menghindar!!
Woo Hyun kebingungan menatap
kesana – kemari karena tak ada siapapun tapi Seul Bi malah berteriak kencang.
“Kau bicara dengan siapa?”
“Sendiri.” Jawab Seul Bi. Woo
Hyun khawatir jangan – jangan Seul Bi sakit, ia pun memegang dahi gadis itu.
“Apa itu Sakit? Apa itu?” tanya Seul Bi polos.
Nenek Gong keluar ruangan, Woo
Hyun melaporkan kalau Seul Bi agak kurang normal. Tapi nenek malah menegur Woo
Hyun, ucapan adalah doa. Nenek Gong menyuruh Seul Bi agar membantunya memasak.
Sedangkan Woo Hyun pergi untuk
menerima panggilan pesanan makanan.
***
Sung Yeol tengah disibukkan
dengan tugas – tugasnya. Seorang wanita masuk kesana, dan mengajak Sung Yeol
untuk makan bersama namun dia malah menutup telinganya dengan headphone. Wanita
tadi adalah ibu tiri Sung Yeol, dia An Ji Hye.
Ji Hye menuliskan ajakan makannya
pada selembar kertas di meja Sung Yeol, tapi Sung Yeol meremas kertas tersebut.
Dia meminta agar mereka bisa makan secara terpisah. Ji Hye hanya bisa mendesah
menghadapi sifat keras kepala putranya itu.
Woo Jin sepertinya adalah Ayah
Sung Yeol, dia mengatakan kalau makanannya telah siap.
Suara bel rumah berbunyi, Ji Hye
merasa kalau seharusnya tak ada tamu jam segitu. Ternyata tamu itu adalah Woo
Hyun yang mengantarkan makanan pesanan. Ji Hye merasa kalau dia tak memesannya
namun Woo Hyun yakin dengan alamat yang ia tuju.
Didalam, Woo Jin bertanya pada
Sung Yeol, apakah kau yang melakukannya?
“Aku lapar.” Jawabnya singkat.
Woo Jin membertahukan kalau Sung
Yeol lah yang memesan makanan, Ji Hye segera berkata kalau mungkin karena sudah
tua jadi dia lupa ketika sudah memesan. Ji Hye memberikan selembar uang pada
Woo Hyun, uangnya terlalu besar jadi tak ada kembalian.
Ji Hye akan memberikan kartu
kredirnya tapi Woo Hyun lupa tak membawa mesinnya. Karena kalau memakai kartu
maka dia harus memberitahukan dulu. Woo Hyun akhirnya mempersilahkan mereka
untuk memakannya saja karena kesalahan Woo Hyun yang tak membawa mesin dan
kembalian yang cukup.
Woo Jin memberikan selembar uang
pas untuk membayar.
“Oh, dan selanjutnya hanya memungkinkan
untuk memesan pengiriman jika itu lebih dari 10.000 Won. Harga bahan bakar
sangat mahal.”
“Benarkah? Lalu, aku kira kita
harus memesan dari tempat lain.” Balas Jin Hye malas.
Woo Hyun menjelaskan kalau di
tempat lain kalah dari restoran mereka yang mengandalkan cita rasa. Mereka juga
akanmemberikan beberapa pelayanan gratis. Mereka pun kembali masuk dan Woo Hyun
keluar.
Ji Hye menghidangkan kue beras
pesanan Sung Yeol. Sambil mengusap ujung kepalanya, dia berkata kalau ingin
pergi ke kursus memasak. Mungkin karena Sung Yeol semakin dewasa makanya nafsu
makannya menurun.
“Kalau kau mau menghidangkan
makanan. Hidangkan makanan istana.” Ucapnya sengit.
Jin Woo bertanya apakah Sung Yeol
tak penasaran pada pria kemaren yang tergeletak, apakahah mati atau hidup.
“Aku lebih ingin tahu tentang
ibuku.” Ujarnya seraya pergi. Jin Woo kesal dengan sikap kasar putranya, Ji Hye
menenangkan karena mungkin Sung Yeol masih belum bisa menyesuaikan diri.
Ji Hye mengantarkan makanan ke
tempat Sung Yeol memainkan drum kecilnya. Sung Yeol menyindir akting Ji Hye
yang begitu baik dihadapan ayahnya.
“kau juga sudah cukup untuk memenangkan
penghargaan aktor terbaik. Beberapa kepura-puraan adalah sikap yang baik. Jika
kau menunjukkan kepada mereka semua, mereka pasti akan sakit karenamu.” Balas Ji
Hye.
“Seseorang yang menghancurkan
keluarga orang lain mengajarkan tentang etika? Bukankah itu benar-benar lucu?”
Ji Hye hanya menganggap dirinya
mengambil tanggung jawab di dalam keluarga yang hancur. Tapi Sung Yeol tak
berfikir demikian, karena Ji Hye lah ayahnya lepas dari ibunya. Ji Hye
berdecak, dia menyuruh Sung Yeol jangan mengurusi masalah orang dewasa. Dia
menyuruhnya untuk belajar karena tes –nya akan sulit.
Ji Hye pergi sedangkan Sung Yeol
melampiaskan kemarahannya dengan menabuh drum kuat – kuat.
***
Woo Hyun sampai ke restoran dan
bertemu dengan ibu Jin Young yang mengajukan tuntutannya lagi. Woo Hyun tetap
tak akan mau kalau harus pindah. Dia akan tetap disana.
“jika kau mendekati Jin Young ku
sekali lagi, kau akan diusir. Tapi kau memanggilnya lagi kemarin malam.”
Seul Bi membela Woo Hyun kalau
bukan Woo Hyun yang memanggil Jin Young. Woo Hyun menyuruh Seul Bi untuk diam
dan dia kembali menegaskan kalau dirinya tak akan pindah.
“kau akan membayar harga untuk
kejahatan mu dan aku akan menerima 10 juta won.”
Woo Hyun menuruh Ibu Jin Young
untuk memindahkan Jin Young saja, kan mereka juga punya banyak uang. Ibu Jin
Young tak mau karena tak bisa memastikan putrinya bisa peringkat satu kalau di
sekolah lain.
Nenek Gong kesal, dia akan
membayarnya. Nenek mengambil sendok sayur lalu mengarahkannya pada Ibu Jin
Young agar ia pergi. Seun Bi ikut – ikutan untuk mengusirnya namun Woo Hyun
malah memanggil Seul Bi lalu membawanya keluar.
“Apa itu benar-benar kau yang
melakukannya?” Seul Bi diam. “Aku bertanya apa itu kau?”
“aku merasa bahwa itu tidak adil
untuk mu. Wanita itu adalah orang jahat.”
“Kau lebih buruk. Kau lebih buruk
karena kau hanya mengganggu dan menyebabkan kerusuhan.”
Woo Hyun menyeret Seul Bi ke taman.
Dia menyuruh Seul Bi untuk pergi. Seul Bi memohon karena hanya Woo Hyun lah
yang ia kenal di dunia ini. Woo Hyun seolah menutup mata. Kalau memang akan
tersesat ya tersesat lah. Woo Hyun meninggalkan Seul Bi yang terdiam mendengar
ucapan Woo Hyun.
Sekembalinya. Woo Hyun membuang
baju hitam milik Seul Bi ke tong sampah.
Seul Bi berjalan – jalan, dia
tersenyum bahagia melihat sebuah buku yang mirip seperti kitabnya. Catatan hitam
itu.
Seul Bi pun menuju ke
perputakaan, tapi karena tak terbiasa dengan kehidupan di bumi, dia kembali
berbuat rusuh. Saat mengambil buku – buku disana, ia bukannya mengembalikan
kembali tapi malah menjatuhkannya seenak hati.
Sedangkan Woo Hyun mecoba
mengalihkan perhatiannya dengan memainkan gundam, ia mencoba merangkai gundam
tapi tak bisa fokus. Akhirnya dia memutuskan pergi dengan mengendarai sepeda
motornya dengan kencang.
Seul Bi mencari ke pembuangan
sampah, dan tak ada pula. Dia merasa kalau ucapan Sunbaenya memang benar. Mempercayai
manusia memang ga baik.
Mata Seul Bi terbelalak melihat
boneka usang yang sudah kotor dan jelek. Ia memungut boneka tersebut. “Kau
mirip denganku.”
Seul Bi berteduh di depan sebuah
toko ketika hujan turun, ketika ia menoleh ada seorang pria yang tengah
menyeruput mie dengan nikmatnya. Pria itu, Sung Yeol memakannya dengan lahap
sedangkan Seul Bi memperhatikannya.
Sung Yeol melihat Seul Bi yang
sedang menontonnya makan, dia mencoba mengabaikan. Tapi saat ia menoleh lagi,
Seul Bi masih menatapnya. Sung Yeol risih hingga ia pergi.
Seul Bi terpekur di depan toko,
sangat tidak adil untuknya ketika ia menolong Woo Hyun tapi Woo Hyun malah menganggapnya
sebagai musuh.
“PRIA JAHATT!!” kesal Seul BI.
Sung Yeol yang baru keluar toko
mendengar teriakan Seul Bi, dia menatapnya bingung.
“Bukan kau. Ada pria lain yang
jahat.” Jelasnya.
Seul Bi berlari ke arah Sung Yeol
lalu berteduh di depannya yang sedang menggunakan payung. Sung Yeol menggeser
payungnya ke kiri. Seul Bi mengkutinya dengan girang. Sung Yeol menggeser ke
kanan, Seul Bi lagi – lagi ikut bergeser.
Sung Yeol menarik baju Seul Bi
lalu meninggalkannya.
“kau sama seperti Shin Woo Hyun.”
Kesal Seul Bi.
Sejurus kemudian, Sung Yeol
berbalik dan memberikan payung miliknya. Seul Bi menerimanya dengan senang
hati.
“aku menarik ucapanku kalau kau
seperti Woo Hyun.”
Seul Bi berjalan dengan sedih. Dia
tak memiliki tempat tinggal, tak ada catatan hitam. Dia hanya ingin kembali.
Seul Bi melihat ada mobil yang
berlari kencang ke arahnya. Dia menatapnya dengan mantap. “Aku ingin kembali.”
Seul Bi berjalan ke tengah jalan
dan menunggu truk tersebut menghantam tubuhnya.
*********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar