Seul Bi berdandan dengan rapi untuk berangkat sekolah. Dia tampak sangat bahagia kali ini, bahkan mengucapkan salam pada dua boneka kesayangannya.
High School: Love On Episode 7
Doubts? When you want to believe otherwise!
Ki Soo bergabung bersama Seul Bi dan Woo Hyun ketika berangkat sekolah, dia mengajak keduanya untuk bermain basket sebelum makan siang. Seul Bi setuju, bagi pecundang harus membayarkannya makan pula. Woo Hyun mengingatkan Ki Soo kalau Seul Bi itu makannya banyak.
Seul Bi menyapa Sung Yeol yang tengah berjalan sendirian menuju sekolah, dia menawarkan pada Sung Yeol untuk ikut bermain basket. Dia yang akan menjadi wasitnya. Sung Yeol agaknya tak mau untuk ikut dalam pertandingan.
“Pilihan yang bagus. Kau tak mau bermain karena kau pasti takut kalah. Pintar!” Sela Woo Hyun.
“Sampai jumpa di tempat makan siang.” Ucap Sung Yeol mengubah keputusannya karena ucapan Woo Hyun. Sung Yeol pun pergi meninggalkan mereka.
“Jika benar Seorang pria berkelahi agar bisa tumbuh, seharusnya kau sudah tinggi sekarang.” Sindir Seul Bi pada Woo Hyun yang selalu mengajak berantem Sung Yeol. Dia pun berlari meninggalkan Woo Hyun untuk mengejar Sung Yeol.
Jae Suk tersenyum sinis menerima tawaran dari Young Eun, dia mengira kalau Ye Na menyukai Shin Woo Hyun tapi kenapa dia ingin melakukannya?
“Itulah kenapa aku melakukannya. Kau seharusnya tahu karena kau juga menyukai Da Yeol kan?”
Jae Suk bertanya apakah Ye Na siap kalau Woo Hyun akan menerima masalah nantinya. Ye Na tak mempermasalahkannya asal Jae Suk tak menyentuh Woo Hyun.
“Kedengarannya menyenangkan.” Ucap Jae Suk.
Di Kelas, Ye Na ribut mencari ponselnya yang sudah tak ada di dalam loker. Young Eun dengan suara lantang mengatakan kalau Ye Na kehilangan ponselnya. Da Yeol pun menghampiri untuk menanyai apa yang terjadi? Ye Na mengaku kalau ia kehilangan ponsel miliknya yang senilai 200.000 won.
“Bukankah kau semalam melihat Seul Bi?” tanya Young Eun memancing.
“Aku yakin masih ada ketika aku melihat Seul Bi datang. Aku kehilangan setelahnya.” Jelas Ye Na sedih.
Ye Na bertanya apakah Seul Bi melihat ponselnya semalam? Seul Bi menjawab kalau ia tak melihatnya tapi sekarang se – isi kelas memandang Seul Bi curiga. Pasti mereka telah terpancing dengan ucapan Young Eun dan Ye Na.
“Apa kau kehilangan ponsel?” tanya Seul Bi tak tahu apa – apa.
“Jangan pikirkan. Tak usah mengkhawatirkannya.” Ucap Ye Na dengan sinis.
Young Eun kembali berkata dengan lantang kalau di kelas mereka ada pencuri.
Chun Sik yang habis dari kamar kecil di hadang oleh Jae Suk dkk, sudah seperti biasa sampai – sampai Chun Sik hafal dan segera memberikan uang yang ia miliki. Jae Suk dkk belum bisa menerima uang Chun Sik yang hanya sedikit.
“Itu semua milikku.” Ucapnya. Jae Suk meminta ponsel Chun Sik. Dengan berat hati, Chun Sik memberikan ponselnya. Oleh Tae Wook, dia membuka ponsel tersebut dan meletakkan uang di tempat baterai ponsel.
“Taruh ini di tas Seul Bi tanpa ketahuan oleh seorang pun.” Perintah Jae Suk.
Ketika Jam istirahat, Chun Sik pun masuk ke kelas yang sangat sepi. Ia memasukkan ponsel miliknya dalam ransel Seul Bi. Dia meyakinkan diri kalau dia tak bersalah. Toh Seul Bi hanya membuat hidupnya jadi semakin sulit.
****
Pertandingan basket pun di mulai, Woo Hyun berhasil memimpin dengan bola di tangannya. Sampai akhirnya Sung Yeol berhasil merebut bola yang ada ditangan Woo Hyun. Woo Hyun reflek mengejar Sung Yeol dan menggelitikinya, dia mengancam akan terus menggelitiki Sung Yeol kalau dia tak mengembalikan bolanya. Sung Yeol tak mau memberikannya begitu saja.
PRITTT!! Suara peluit Seul Bi menghentikan keduanya. Mereka bingung dengan kesalahan apa yang telah mereka buat?
“Sangat mengerikan.” Jawab Seul Bi memberika alasan. Hahaha. Takut mereka gay kali yah ^_^
****
Pak Yoon masuk dalam kesal, ia begitu bahagia mencium bau keringat anak muda. Itu baru namanya anak muda dan hari ini pun mereka akan belajar sendiri – sendiri.
Sontak se – isi kelas pun bersorak riang.
Teman Jae Suk mengingatkan bahwa Pak Guru sudah ada disana. Chun Sik yang duduk dipojokan tampak ragu.
“Pak, aku kehilangan ponselku.” Lapor Chun Sik pada Pak Yoon. Pak Yoon bertanya apakah dia benar – benar membawanya ke sekolah. Chun Sik sangat yakin karena saat sebelum makan siang masih ada. Di dalam ponsel itu juga ada uang – nya.
Pak Yoon tampak geram mendengar laporan Chun Sik. Dia menyuruh se – isi kelas untuk membuka ranselnya, dia akan melakukan pengecekan.
Suk Hoon menolak penggeledahan yang dilakukan Pak Yoon karena mereka mempunyai hak pribadi. Young Eun menimpali kalau mereka tetap harus menemukan pencurinya.
Seul Bi juga mengecek setiap saku di tas, dia menemukan ponsel ada di ranselnya. Seul Bi bingung karena ada ponsel asing dalam ransenya. Teman Jae Suk dengan lantang berkata kalau itu adalah ponsel milik Chun Sik.
Seluruh siswa pun berbalik menatap Seul Bi.
Seul Bi menyerahkan ponselnya pada Pak Yoon, Pak Yoon memberikan ponsel tersebut pada Chun Sik untuk mengeceknya. Dan saat ia membuka penutup baterai terdapat selembar uang didalamnya, memang benar kalau itu ponsel Chun Sik.
Seul Bi kebingungan karena ia memang tak melakukannya. Sung Yeol membela Seul Bi dengan berkata kalau Seul Bi bersama mereka saat makan siang. Woo Hyun pun membenarkan ucapan Sung Yeol.
Namun Ye Na dengan segera mengangkat tangan, dia melaporkan bahwa ia telah kehilangan ponsel juga.
“Itu hilang ketika kami melihat Seul Bi semalam.” Ucap Young Eun.
“Didalamnya ada uang 200.000.” timpal Da Yeol.
Sekali lagi, Pak Yoon meminta Seul Bi untuk membuka ransel miliknya.
Seul Bi semakin panik setelah menemukan ponsel lagi di dalam tempat pensil. Pak Yoon menyuruh yang lain untuk tenang lalu memberikan ponsel milik Ye Na. Namun saat Ye Na membuka penutup baterai, disana sudah tak ada uang – nya lagi.
Seul Bi mencoba meyakinkan kalau bukan dia pelakunya tapi tetap saja, bukti telah berbicara dan membuatnya terpojok. Pak Yoon pun menyuruh Seul Bi untuk ke kantor.
Di kantor, Pak Kim menyuruh Seul Bi untuk jujur saja. sebuah kesalahan belum tentu kriminal. Tapi Seul Bi tetaplah pada pendiriannya kalau dia memang tak bersalah. Seul Bi menatap Ye Na dan Chun Sik namun keduanya dengan segera memalingkan wajah demi menghindari tatapan Seul Bi.
“Ini bukan sebuah bahan candaan ketika kita mengambil barang kepunyaan orang lain. ini kejahatan.” Jelas Pak Kim mencoba tetap adil. Pak Yoon dengan menyebalkan menyuruh Pak Kim tak usah lagi bertanya, toh sudah ada buktinya. Kau mau pergi ke kantor polisi?
Seul Bi masih tetep kekeuh. Ye Na dengan so’ baik merelakan apa yang terjadi, semua ini juga kesalahannya yang tak hati – hati. Chun Sik pun juga tak masalah karena uang dan ponselnya sudah kembali.
Pak Yoon setuju dan ia akan menutupi semua kalau memang Ye Na dan Chun Sik sudah setuju.
Pak Kim tak bisa menerima keputusan ini begitu saja, tak adil karena hanya keputusan sepihak. Pak Yoon merasa kalau ini keputusan yang terbaik, dia sudah membuat persoalan yang rumit jadi sederhana.
Pak Kim dengan hati – hati berkata pada Seul bi, kalau memang Seul Bi tak bisa meminta maaf sekarang. Maka mereka akan menunggu Seul Bi sampai ia siap melakukannya.
Seul Bi tetap mengaku kalau dia tak bersalah. Pak Kim dengan terpaksa menyuruh Seul Bi untuk melakukan pelayanan di Sekolah untuk dia merefleksikan kesalahannya.
Di kelas pun suasanan jadi ribuk karena kasus Seul Bi. Ki Soo bahkan tak percaya Seul Bi bisa mencuri barang seorang. Woo Hyun menyuruh Ki Soo untuk diam saja.
Da Yeol bergosip dengan Young Eun karena ekspresi Seul Bi yang seolah tak tahu apa – apa.
“Diam semuanya!” ucap Sung Yeol yang terganggu dengan suasana ribut di kelas.
Pak Kim masih percaya dengan Seul Bi, dia berkata kalau dia akan menunggu Seul Bi.
Seul Bi menahan tangan Ye Na yang akan pergi, dia heran kenapa Ye Na membuat sebuah kebohongan tentang dirinya semalam. Ye Na celingukan takut ada orang lain, dia melepas tangan Seul Bi dari lengannya. Alasan utamanya jelas karena ia tak menyukai Seul Bi.
“Apa aku melakukan kesalahan?”
“Pikir apa yang telah kau rampas dariku. Kahadiranmu adalah sebuah kesalahan. Berhenti bersikap seperti melaikat. Itu sungguh mengganggu.” Marah Ye Na.
Woo Hyun membawa Seul Bi untuk bicara. Seul Bi menebak kalau Woo Hyun juga tak mempercayainya. Woo Hyun hanya ingin mengetahui kebenarannya, kenapa ponsel – ponsel itu ada dalam ransel Seul Bi?
Seul Bi tak tahu bagaimana Ponsel Chun Sik ada di ranselnya tapi kalau Ye Na, mungkin dia menaruhnya sendiri.
Seul Bi hanya diminta oleh Ye Na untuk menjaga rahasia. Woo Hyun menyuruh Seul Bi mengatakan kebenaran agar ia bisa membantu Seul Bi. Seul Bi jelas tak bisa menjelaskannya karena memang ia tak tahu apa – apa. Woo Hyun semakin khawatir karena ada bukti nyata yang menyudutkan Seul Bi.
Seul Bi memilih meninggalkan Woo Hyun, Woo Hyun pun menahan tangan Seul Bi. Tapi Seul Bi sudah kepalang kesal dengan sikap Woo Hyun yang tampaknya juga tak mempercayainya.
****
Dokter memperingatkan pada Nenek Gong untuk segera kembali karena dia masih akan kesulitan ketika bernafas. Dengan canda, Nenek Gong berkata kalau dia mungkin malah tak bisa bernafas kalau tak melihat cucunya. Dia harus melihat cucunya agar tetap hidup.
Nenek Gong kembali membenahi pakaiannya.
****
Chun Sik sepertinya mulai ragu dengan apa yang ia lakukan, namun Jae Suk dkk menghadang Chun Sik yang ingin melapor pada guru. Dia mulai ketakutan kalau sampai Seul Bi terus bertanya padanya. Dia kan hanya melakukan apa yang telah Jae Suk perintahkan padanya.
Jae Suk kesal dengan mental kerupuk Chun Sik, Chun Sik pun menerima pukulan dari anak buahnya.
Woo Hyun berlari di lingkungan sekolah mencari – cari seseorang sampai akhirnya dia menemukan apa yang ia cari. Yap, Chun Sik yang sekarang tengah duduk terpekur di gudang sekolah. Woo Hyun bertanya apakah Chun Sik dipukuli Jae Suk lagi? Apa Jae Suk yang meletakkan ponselnya di ransel Seul Bi?
“Bukan.”
“Lalu itu kau? Jae Suk yang menyuruhmu melakukan ini? Katakan!!”
Chun Sik tetap tak mau mengaku, disini dia kehilangan ponsel lalu dipukuli oleh Jae Suk. Dia hanyalah seorang korban. Woo Hyun menarik kerah baju Chun Sik yang pecundang, dia terus dipukuli karena dia tak melawan dan selalu lari. Sekarang, dia mau membuat orang lain menjadi seorang korban juga?
Seul Bi datang disaat emosi Woo Hyun semakin memuncak. Seul Bi dengan yakin kalau Chun Sik tak akan melakukannya. Tapi dia meminta Chun Sik agar mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi supaya ia bisa membantu.
“Bagaimana kau membantu? Kau bahkan orang yang mencurinya.” Tuduh Chun Sik. Woo Hyun semakin kesal tapi Seul Bi malah dengan baik berkata kalau dia akan mentraktir Chun Sik. Namun Chun Sik memilih pergi meninggalkan keduanya.
Dikelas, Seul Bi masih diminta oleh Pak Kim untuk meminta maaf pada Ye Na dan Chun Sik tapi Seul Bi tetap kekeuh pada apa yang telah ia pertahankan. Dia bukan pencurinya.
“Kebenaran belum terungkap sekarang. Ini tak adil kalau Anda hanya percaya Ye Na dan Chun Sik.” Bela Sung Yeol. Pak Kim beralasan kalau mereka kan sudah punya buktinya.
“Bagaimana kalau itu hanya bukti buatan?” timpal Woo Hyun. Pak Kim tampaknya agak gamang, dia memutuskan untk menyudahi kelas hari ini.
Asas Praduga tak bersalah memang tak pernah berlaku dengan baik, meskipun belum terbukti benar. Seul Bi sudah mendapat tatapan ngeri dari teman – temannya yang menatap ia dengan sinis. Seul Bi mencoba tak memperdulikan saat ia menuju ke loker.
Namun rupanya loker Seul Bi sudah penuh dengan sampah dan beberapa kertas lecek berisi kalimat umpatan untuk Seul Bi.
Tiga orang gadis menghampiri Seul Bi dengan gaya menyebalkan, apa kau sekarang mencuri sampah – sampah? Ah, aku merasa tak nyaman sama sekali di sekolah. Seul Bi berkata kalau lokernya bukan tempat sampak.
“Tak tahu malu. Ayo kita pergi, jangan bicara dengan kriminal.”
Sung Yeol datang membantu Seul Bi untuk membersihkan lokernya dari sampah. Seul Bi tersenyum dipaksakan, dia akan membersikan lokernya yang kotor.
“Aku tahu kalau itu bukan kau.” Ucap Sung Yeol.
“terimakasih.”
****
Nenek Gong telah sampai ke restorannya, tampak raut kerinduan pada tempat yang selama ini menaunginya. Restoran pun tertata rapi berkat Woo Hyun dan Seul Bi, ini membuat Nenek Gong semakin sulit menahan air matanya.
Woo Hyun dan Seul Bi berjalan berdampingan untuk pulang, Woo Hyun mengaku kalau dialah yang telah memukul Seul Bi. Namun Seul Bi dengan yakin berkata kalau Woo Hyun tak akan sekali pun memukul Chun Sik.
Woo Hyun berkata kalau dia hanya sebal karena semua ini seolah mempermainkan Seul Bi. Namun bagi Seul Bi, dengan hanya Woo Hyun percaya padanya maka semua tak akan menyedihkan.
Woo Hyun, Seul Bi dan Nenenk Gong makan bersama namun Seul Bi tampak tak berselera. Jelas ini membuat Nenek Gong bertanya – tanya, Seul Bi permisi pergi.
Nenek tanya apakah Woo Hyun sedang ada masalah dengan Seul Bi tapi Woo Hyun mengelak. Dia mengalihkan pembicaraan dengan makan makanan Nenek sambil memujinya.
Seul Bi memandangi fotonya bersama dengan Woo Hyun, dia kesal sendiri menatap wajahnya. Namun sesuatu yang aneh terjadi, gambar dirinya dalam foto tersebut tiba – tiba mengabur tak jelas. Seul Bi menggoncang – goncang ponselnya tapi tetap tak berubah.
Sunbae muncul menemui Seul Bi, percuma mau Seul Bi apakan karena lama – lama Seul Bi akan menghilang.
“Apa artinya itu?”
“Aku mengatakan padamu untuk segera melakukan perjanjian dengan Catatan Hitam sesegera mungkin. Kau bukan seorang manusia atau pun malaikat untuk sekarang ini. Kau akan menghilang jika tak melakukan perjanjian. Kenapa tetap tinggal di dunia ini, dunia yang menganggapmu sebagai pencuri?"
Seul Bi menunduk sedih, ini sebuah kesalah pahaman.
“Kau pernah bertanya padaku, kenapa beberapa malaikat mengembalikan Catatan Hitamnya dan lebih memilih menjadi manusia?”
Seul Bi membenarkan, semua karena mereka jatuh cinta. Sunbae menjelaskan kalau mereka pada akhirnya tak hidup senang. Seul Bi heran kenapa mereka bisa tak senang?
“Cinta manusia selalu berubah.” Jawab Sunbae.
“Berubah?”
Woo Hyun membuka kotak tabungannya, dia sepertinya berniat mengembalikan uang Ye Na yang katanya hilang. Tapi yang membuat ia ragu, bagaimana untuk mengobati hati Seul Bi yang terluka?
****
Keesokan paginya, Woo Hyun yang berangkat ke sekolah melihat Seul Bi yang tengah duduk dengan sedih. Tampak banyak pikiran dan ini membuat Woo Hyun merasakan hal yang sama pula.
****
Nenek Gong membuka – buka beberapa tabungannya yang telah terkumpul, sudah mempersiapkan tabungan untuk biaya kuliah. Biaya Hidup. Biaya pernikahan. Dan rumah. Sudah pasti Nenek Gong mempersiapkan ini untuk Woo Hyun.
Kemudian Nenek Gong menelfon seseorang, entah siapa tapi orang yang di telfon tak mengangkat panggilannya.
****
Seul Bi kembali ke kelas bersamaan dengan Woo Hyun, namun Seul Bi mendapati kalau meja dan kursinya sudah tak ada ditempat.
“Kalian semua!!” geram Woo Hyun lalu pergi mencari bangku Seul Bi.
Selepas kepergian Woo Hyun, Ye Na dan Young Ae menyindir Seul Bi yang tak tahu malu. Mereka heran kenapa Seul Bi harus sekolah padahal dia masih bisa kaya dengan hanya mencuri.
“Ini sulit bagi kalian memindahkan bangku – ku. Tapi sulit juga bagiku untuk mengembalikannya. Jangan bermain permainan seperti ini lagi.” pinta Seul Bi lalu pergi mencari mejanya.
Sung Yeol yang baru masuk kelas melihat kepergian Seul Bi dan mendengar teman yang lain tengah menggunjingkannya. Dia mendekati Ye Na, kenapa kau melakukan ini pada Seul Bi?
“Karena dia tak mau minta maaf setelah mencuri barangku. Tentu saja aku akan melakukannya.”
Sung Yeol menyuruhnya untuk mengatakan kebenaran. Young Ae menimpali kalau mereka punya bukti. Kenapa kau selalu membelanya?
“Bukti? Berhentilah bermain game kekanakan ini. Ini sebuah kriminal.”
“Seul Bi adalah kriminalnya.” Tegas Young Ae.
“Kenapa aku menyikai Lee Seul Bi? Dia benar – benar berbeda dengan kalian! Itu adalah jawaban yang bagus.” Ucap Sung Yeol.
Woo Hyun menatap coretan yang ada di bangku Seul Bi, dia miris melihat coretan tersebut. Seul Bi sampai juga ke tempat Woo Hyun berada, namun Woo Hyun dengan segera menyuruh Seul Bi untuk pulang saja.
Seul Bi dengan keras kepala menolaknya, dia tak mau karena lari tak akan menyelesaikan segalanya. Toh dia tak bersalah. Woo Hyun meminta Seul Bi tetap pulang karena ini akan sulit untuk Seul Bi hadapi.
“It's only hard, because you don't believe me.” Ucap Seul Bi. Ini membuat Woo Hyun terdiam, dan Seul Bi pun menyeret bangkunya sendirian.
Sung Yeol berniat membantu Seul Bi yang kesusahan namun Seul Bi menolak. Dia ingin melakukannya sendiri.
Karena kesulitan membawa, keduanya pun terlambat masuk kelas Ji Hye. Namun belum terlalu lama jadi Ji Hye hanya mengingatkan.
Sedangkan Woo Hyun, dia cukup lama terlambat hingga akhirnya harus keluar kelas. Meskipun sebenarnya Ji Hye juga tampak kasian pada Woo Hyun, dia tetap harus menyuruh Woo Hyun keluar.
Seul Bi juga tak mudah berada di kelas tanpa teman duduk, dia harus mendengar kasak – kusuk temannya yang tak henti – henti mengumpatinya.
Woo Hyun menemui Ye Na untuk mengembalikan uang yang hilang. Namun Ye Na tetap berjalan dan tak mau menerima uang tersebut. Woo Hyun meminta maaf juga, dia akan menggantikan Seul Bi mengatakannya. Ye Na merasa kalau semua ini juga salahnya yang tak bisa menjaga barang dengan baik. Kau juga terkejutkan karena hal ini?

“Kenapa kau melihat Seul Bi hari itu dan kau menyuruhnya untuk menyimpan hal tersebut sebagai rahasia?”
Ye Na mengelak. Woo Hyun tetap memberikan uangnya, dia memohon pada Ye Na untuk membiarkan Seul Bi.
Seul Bi memunguti kotak susu yang di lempar oleh rekan sekelasnya, namun malah teman – teman yang lain melempari Seul Bi dengan susu itu. Seul Bi hanya tertunduk tak bisa melawan, Woo Hyun datang dan segera melindungi Seul Bi. Apa yang kalian lakukan? Apa kalian kehilangan pikiran kalian?
“Dia mencuri dan tak mau meminta maaf. Bukankah dia sudah kehilangan otaknya?” tanya Young Eun.
“Kau melindungi pencuri. Apa kau juga pencuri?” tanya Jae Suk.
Kemarahan Woo Hyun membuncah, dia berlari kearah Jae Suk lalu memukulinya.
Woo Hyun memukuli Jae Suk tanpa ampun. Sung Yeol yang datang segera menahan Woo Hyun, tapi Woo Hyun terus memberontak untuk memukuli Jae Suk.
Seul Bi terpaku melihat apa yang Woo Hyun lakukan pada jae Suk.
Pak Yoon datang membunyikan peluitnya. “Semuanya!! Berhenti!!!.”
Pak Yoon membawa ketiganya ke ruang BP mungkin yah, dia menunjuk Sung Yeol sebagai yang terbaik di kelas, Woo Hyun berada di peringkat tengah sedangkan Jae Suk diurutan terakhir. Mirip seperti hiasan natal mereka ini.
Jae Suk menunjuk muka – nya yang lebam, dia hanya dipukuli oleh Woo Hyun. Pak Yoon menatap wajah Jae Suk dengan kasihan.
“Kenapa kau melakukannya?” tanya Pak Yoon pada Woo Hyun.
“Karena dia bertindak tak sopan.”
“Dan menurutmu sopan untuk memukuli orang?”
Sung Yeol membela Woo Hyun, mungkin kalau Pak Yoon ada diposisi Woo Hyun, maka dia akan melakukan hal yang sama. Pak Yoon tetap tak mau alasan, dia menyuruh mereka membawa orang tuanya ke sekolah.
Sung Yeol dan Woo Hyun ada di pinggir lapangan, Sung Yeol memperingatkan Woo Hyun yang telah membuat masalah yang lebih berat untuknya dan untuk Seul Bi juga. Woo Hyun hanya tak bisa melihat Seul Bi dilempari begitu. Sung Yeol menebak kalau Jae Suk memiliki rencana ketika dia memancing Woo Hyun untuk memukulnya.
“Membuatku keluar? Lalu... membuat hal yang sama pula pada Seul Bi?”
“Bukankah kau punya otak? Seharusnya kalu memiliki satu.” Ejek Sung Yeol. Woo Hyun kesal dan menarik kerah baju Sung Yeol namun dengan segera ia melepasnya kembali.
“Lee Ye Na menyukaimu makannya dia membenci Seul Bi. Choi Jae Suk membenci pantatmu oleh karena itu dia memilih Seul Bi sebagai sasaran. Seperti yang ia lakukan sekarang, dan juga. Jae Suk lebih punya otak daripada kau.” Jelas Sung Yeol.
Woo Hyun sudah berniat mencari Jae Suk tapi Sung Yeol mengingatkan kalau ini hanya akan membuat Seul Bi kesulitan.
Pak Kim terkejut saat tahu bahwa Pak Yoon memanggil orang tua Woo Hyun, Sung Yeol dan Jae Suk. Pak Yoon menuturkan kalau ia hanya khawatir kalau sampai Ayah Jae Suk berhenti mensponsori sekolah mereka.
Pak Kim merasa kalau mereka harus menanganinya dulu atau mereka semua akan dikeluarkan. Dia bertanya apa yang harus ia lakukan?
Pak Yoon menyarankan agar Pak Kim segera meminimalisasi kehilangannya, yang menyelesaikan masalahnya dengan baik. Mereka hanya perlu menyalahkan semuanya pada Woo Hyun.
Dan rupanya, Seul Bi mendengar percakapan kedua guru tersebut. Dia tampak sedih karena ini.
****
Nenek Gong menemui An Ji Hye. Ini membuat Ji Hye heran karena sebelumnya Nenek Gong katanya tak mau lagi bertemu dengannya. Nenek Gong menyodorkan buku tabungan beserta stempelnya, itu untuk biaya kuliah dan membeli toko kecil. Ji Hye bertanya kenapa Nenek Gong memberikan it padanya?
“Bukankah kau bisa merawat Woo Hyun? Aku tahu kau di posisi yang sulit tapi hanya kau yang satu – satunya yang bisa merawat Woo Hyun. Aku harus pergi ke tempat yang jauh.” Jelas Nenek Gong dengan sedih.
Ji Hye tak bisa menerimanya begitu saja, dia juga punya masalah yang harus ia hadapi. Kenapa tida menghubungi Ayah Woo Hyun saja? Nenek Gong mengaku kalau dirinya tak bisa menghubungi Ayah Woo Hyun. Oleh karena itu, hanya Ji Hye satu – satunya.
“Bagaimana aku bisa melakukannya ketika ayahnya pun tak bisa. Aku baru menjalani rumah tanggaku selama satu tahun. Kalau kau bisa mengerti Ayah Woo Hyun maka kau juga harus mengerti aku.” Ucap Ji Hye meninggalkan Woo Hyun. Sedangkan Nenek Gong tampak mengelap keringatnya dan mulai kelelahan.
****
Meskipun sudah menolak habis – habisan, di rumah Ji Hye masih melamun. Sepertinya dia juga mau tapi mencoba menahan keinginannya tersebut.
Sung Yeol memberitahukan pada Woo Jin kalau Ayahnya harus datang ke sekolah. Bukannya marah, Woo Jin malah tertawa bahagia. Dia cukup penasaran dengan seseorang yang telah membuat Sung Yeol berubah. Oiya, bagaimana dengan ibumu?
“Aku pikir dia akan khawatir. Jadi jangan katakan padanya.”
Woo Jin pikir Ji Hye juga akan tahu kalau nanti ua berangkat ke sekolah. Sampai kapan Sung Yeol akan menutupi hubungan antara dirinya dengan Ji Hye?
Sung Yeol tertunduk. Woo Jin mengerti, dia akan menunggu sampai Sung Yeol bisa menerimanya.
Woo Jin berniat keluar tapi dia melihat ada plastik yang tampak tersimpan di laci Sung Yeol. Dia membukanya dan ternyata ada susu sachet pemberian Ji Hye untuk Sung Yeol. Woo Jin memerintahkan Sung Yeol untuk meminumnya karena sudah dibelikan oleh Ji Hye.
Woo Jin memberikan minuman yang dibuatkan Ji Hye untuk Sung Yeol.
“Makanan sudah siap!!” Teriak Ji Hye. Woo Jin akhirnya meminum minuman Sung Yeol sendiri. dia pasti tak mau membuat Ji Hye kecewa.
“Minum semua ini, oke? Aku membantumu dan kau juga membantuku, ini adil kan?” perintah Woo Jin.
****
Seul Bi duduk termenung di tangga sambil memeluk dua boneka miliknya.
“Ini sangat menyebalkan ketika pemain utama dalam drama tak melakukan apapun. Tapi sekarang aku juga seperti itu. Aku benar – benar tak bisa berbuat apa – apa. Woo Hyun dalam posisi sulit sekarang.” Tuturnya pada boneka.
Woo Hyun pun juga sedang memikirkan tentang Seul Bi, “Di drama, karakter utama selalu membuat gadisnya senang. Apa yang telah aku lakukan sekarang ini?”
Woo Hyun turun dari kamar untuk berangkat ke sekolah, Nenek Gong memberitahukan kalau Seul Bi sudah berangkat ke sekolah pagi tadi. Woo Hyun diam sambil memainkan ponselnya.
Sebuah pesan masuk ke ponsel Nenek Gong, dia membuka pesan tersebut tapi kesulitan untuk membacanya. Dia menyuruh Woo Hyun membacakan untuknya.
“Nenek, tolong datang ke sekolah. Aku mendapat masalah karena melanggar peraturan. Guru ingin bertemu denganmu.” Baca Woo Hyun. Nenek Gong sontak kesal, sedangkan Woo Hyun langsung berlari keluar rumah.
****
Woo Hyun menemui Sung Yeol yang memberitahukan kalau Ayahnya ingin bertemu dengan Woo Hyun. Woo Hyun sendiri tengah panik, pasti Miss Gong mau membunuhnya nanti.
Jae Suk menuju ke loker, dia mengancam Woo Hyun dan Sung Yeol kalau Ayahnya datang. Woo Hyun tak takut, dia memperingatkan kalau neneknya juga tak akan mudah dihadapi. “katakan pada Ayahmu! Dia akan grogi.”
Sung Yeol pun juga memperingatkan Jae Suk, Nenek Woo hyun itu jempolan. Haha. Jae Suk kesal sendiri dibuatnya karena mereka sama sekali tak takut pada ancaman Jae Suk.
Nenek Gong menuju ke sekolah, dalam perjalanan dia tampak kelelahan. Sesekali dia mengelap peluhnya.
Nenek Gong membungkuk hormat saat sampai di ruang pertemuan. Sudah ada Pak Kim, Pak Yoon dan Woo Jin. Nenek terkejut bisa bertemu lagi dengan Woo Jin, dia datang kesana karena Woo Hyun terkena masalah.
“Jadi yang diatakan Sung Yeol adalah tentang Woo Hyun?” tanyanya. “Oiya, Yi Seul Bi?”
Nenek Gong berkata kalau Seul Bi masih tetap tinggal di rumahnya. Nenek Gong bertanya apa kesalahan yang dibuat oleh Woo Hyun?
Woo Jin memberitahukan kalau Sung Yeol telah memukul Woo Hyun. Dia meminta maaf dengan apa yang telah putranya lakukan. Nenek Gong sama sekali tak mempermasalahkannya, pria memang wajar kalau berkelahi.
“Ini tidak seluruhnya baik – baik saja. Ayah Jae Suk tak akan berkata demikian. Woo Hyun memukul Jae Suk.”
Nenek terkejut karena Woo Hyun juga telah memukul seseorang.
Dalam perjalanan ke tempat pertemuan para orang tua, ketiganya bertemu dengan Ji Hye. Ji Hye cukup terkejut karena Sung Yeol juga masuk dalam permasalahan ini.
Nenek Gong memohon agar Tuan Choi, Ayah Jae Suk memaafkan Woo Hyun. Pak Kim pun juga menyarankan agar Tuan Choi mau memaafkan Woo Hyun, dia akan memperbaiki kesalahannya.
Ji Hye masuk bersama Jae Suk, Woo Hyun dan Sung Yeol. Nenek Gong yang melihat kehadiran Ji Hye terbelalak. Tapi ia tak terfokus padanya, dia menghampiri Woo Hyun dan memukulnya pelan. Kenapa dia memukul seseorang?
Nenek Gong memukul Woo Hyun dengan sedih. Ji Hye tak tega hingga memalingkan wajah melihat kejadian ini.
Sekali lagi Nenek Gong memohon dengan sangat pada Tuan Choi. Woo Jin pun juga membela Nenek Gong agar Tuan Choi memaafkan terlebih seorang lebih tua yang memohon.
“Anak sepertinya hanya akan menjadi setan di penjuru dunia dalam hidupnya. Sekolah adalah institusi yang akan mendisiplinkan mereka.”
Woo Jin terkejut dengan ucapan Tuan Choi yang begitu kasar. Namun Nenek Gong tak mempermasalahkan, dia malah berlutut dihadapan Tuan Choi.
Woo Hyun menahan Neneknya. Dia meminta maaf lalu berlutut dihadapan Tuan Choi, dia meminta maaf. Dia telah melakukan sebuah kesalahan.
Sung Yeol tak terima Woo Hyun menerima perlakuan tak adil, “Jae Suk bukan tipe yang menerima pukulan begitu saja. dia sengaja agar dipukul. Aku juga akan memukulnya kalau Woo Hyun tak melakukannya.”
Pak Yoon geram. Dia merasa Sung Yeol telah lancang, dia menyuruh mereka bertiga untuk keluar.
Mereka bertiga berjalan bersama menuju ke kelas.
“Wow, Nenek – mu menakjubkan. Apa dia tak tahu kapan waktunya untuk menyerah? Tak ada apapun yang tak bisa dibeli dengan uang. Apa dia punya uang?” ejek Jae Suk.
Sung Yeol yang paling risih disini, tanpa basa – basi dia menghantam wajah Jae Suk. “Apa kau mendapatkan semuanya dengan uang?”
Sung Yeol pun berjalan mendahului. Woo Hyun mengekori Sung Yeol.
“Tinjuku sia – sia kalau untuk –mu.” Ucap Woo Hyun pada Jae Suk.
Pak Yoon berkata kalau mereka akan membuat Woo Hyun meminta maaf atas kesalahannya. Pak Yoon meminta Tuan Choi untuk tenang. Tapi Tuan Choi tak bisa, bagaimana aku bisa tenang?!
“Saya guru BK disini. Seperti yang anda katakan, Woo Hyun telah memukul Jae Suk. Tapi kalau mengeluarkannya, ini terlihat seperti pembalasan dendam. Choi Jae Suk melakukan kelicikan dalam kecelakaan ini, sudah sangat jelas.” Ucap Ji Hye membela Woo Hyun.
Pak Yoon menyuruh Ji Hye untuk lebih berhati – hati dalam berbicara, ayah Jae Suk kan sudah membelikan sekolah mereka lantai gim dan lapangan.
“Pak Yoon.” Bentak Tuan Choi karena Pak Yoon keceplosan.
Seul Bi masuk ruangan di tengah – tengah rapat. Dia membungkuk hormat pada semuanya dan memberikan penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi kalau dia dituduh menjadi pencuri dan menjadi seorang korban Bullying untuk Jae Suk. Woo Hyun dan Sung Yeol mencoba membantunya, tapi mereka malah berkelahi. Kalau memang ada yang harus keluar, maka itu adalah dia dan Jae Suk.
Tuan Choi tak bisa berkutik mendengar penjelasan Seul Bi, terlebih dia udah kepalang malu. Tuan Choi memutuskan untuk pergi dan menyerahkan masalah ini pada Pak Yoon.
Masalah telah selesai, Nenek Gong yang berdiri tampak pusing. Dia menyuruh Seul Bi untuk menemui Woo Hyun saja. dia tahu kalau Woo Hyun akan membutuhkan Seul Bi.
Woo Jin juga menawarkan diri untuk mengantarkan Nenek Gong.
Woo Jin menunjukkan jempolnya atas apa yang Ji Hye sudah lakukan untuk menyelesaikan masalah ini. Ji Hye hanya tersenyum simpul melihat hal tersebut. Nenek Gong juga mendapati gelagat aneh anatara keduanya.
Woo Jin mengantarkan Nenek Gong, Nenek Gong sendiri merasa kurang enak hati karena sudah merepotkan Woo Jin.
“Ngomong – ngomog, guru itu?”
“Maksud anda, guru cantik dan keren tadi?” tanya Woo Jin lalu menjawab dengan malu – malu. Dia istrinya.
Nenek Gong terhuyung, dia tak menyangka kebetulan ini benar – benar mengejutkan untuknya.
“Apa kita harus ke rumah sakit?” tanya Woo Jin menahan tubuh Nenek Gong yang hampir jatuh.
Pak Yoon mengalami masalah perut karena keadaannya yang banyak pikiran. WC guru penuh hingga akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke WC siswa.
Tae Ho berkata kalau dia sudah mendisiplinkan Chun Sik, kalau sampai dia mengatakannya maka dia akan berakhir. Tae Wook menambahkan kalau Chun Sik telah memasukkan ponsel ke tas Seul Bi sendiri, jadi itu kesalahannya.
Rupanya Pak Yoon masih dikamar mandi, dia mendengar percakapan Jae Suk dkk. Dia pun memukul kepala mereka satu – satu.
“Kalian tahu, Too Much, too bad. Kalian tahu apa yang akan terjadi selanjutnya? Kalian akan.....” Pak Yoon berniat menasehati mereka tapi apa daya, perut Pak Yoon sudah berbunyi tak keruan. Dia menyuruh Jae Suk dkk untuk menunggu tapi pada akhirnya mereka tetap pergi meninggalkan WC selepas Pak Yoon masuk.
Woo Hyun ditemani Seul Bi membaca pengumuman, dia mendapat hukuman 7 hari pelayanan di sekolah. Seul Bi menatap Woo Hyun dengan sedih, namun Woo Hyun mencoba menampakkan wajah biasa saja. seolah tak ada masalah sama sekali.
****
Nenek Gong masih merutuki apa yang terjadi, kenyataan kalau Ji Hye merupakan ibu dari teman Woo Hyun membuatnya jadi sedih. Bagaimana nasih cucunya nanti? Ya tuhan.
Woo Hyun menyapa Neneknya saat sampai di rumah, Nenek Gong tanpa Woo Hyun mengatakannya tapi dia sudah tahu. Dia tahu perasaan Woo Hyun dan tak memarahinya. Woo Hyun hanya harus menjaga amarahnya.
“Berhenti membuat situasi jadi tak adil. Didunia ini, semua hal memang tak adil.”
Woo Hyun meng – iya –kan pesan Nenek. Nenek Gong akan rebahan di kamar, dia lelah dan ingin istirahat.
Seul Bi membantu Nenek Gong untuk rebahan, dia tampak miris melihat keadaan Nenek yang semakin melemah. Dia berkata kalau dia tak seharusnya berada disini. Seul Bi menyalahkan dirinya sebagai penyebab permasalahan yang menimpa Woo Hyun dan Nenek Gong.
“Kenapa kau bicara seperti itu.”
“Ini semua karena aku hingga kau dan Woo Hyun jadi tak bahagia.”
“Tidak, kami bahagia. Jangan menyimpulkan dengan mudahnya. Kau hanya perlu membahagiakan dirimu sendiri.Dan itu akan membuat kami bahagia pula.” Ucap Nenek.
Seul Bi masih sedih tapi dia meng – iya – kan saja.
Seul Bi menatap Catatan Hitamnya dengan bimbang. Woo Hyun menemui Seul Bi, tapi keduanya tampak canggung bahkan Woo Hyun tak berani mendekati Seul Bi.
“Maaf.” Ucap keduanya berbarengan.
“Kau tidak bisa masuk ke kelas karena aku. Kau dilempari susu dan berkelahi. Dan.. pelayanan itu..” tutur Seul Bi sedih.
“Aku juga minta maaf, karena tak bisa menjagamu dari masalah. Membuat marah dan berkelahi. Aku hanya membuat kesulitan untukmu dan tak bisa berbuat apa – apa.”
Seul Bi merasa kalau Woo Hyun telah membantu banyak hal, dia juga tahu kalau Woo Hyun tak memukul Chun Sik. Woo Hyun pun juga sama, dia sekarang yakin kalau Seul Bi tak mencuri apapun.
Woo Hyun duduk disamping Seul Bi, dia mengajaknya untuk berjanji dengan jari kelingking. “Apapun yang akan terjadi. Kita harus percaya satu sama lain.”
Keduanya pun mengaitkan jari mereka dengan senyum lebar.
****
Di kamar, Woo Hyun sudah akan tidur. Dia berjanji akan menjaga dan membuatnya bahagia. Nenek Gong dan Seul Bi.
Sedangkan Seul Bi masih dirundung kebimbangan, Sunbae muncul menemani Seul Bi. “Kau melihatkan bagaimana akibatnya kalau kau tinggal di dunia manusia? Orang – orang uang ada disekitarmu akan kesulitan untuk menjagamu dan akan semakin terluka.”
“Apa kita tak akan bahagia?”
Sunbae mengangguk, “Berhenti sekarang. Kembalilah ke tempatmu.”
Sunbae menghilang. Seul Bi pun teringat beberapa kali Woo Hyun yang harus terluka dan berkorban demi dirinya. Dan ketika Nenek Gong yang sakitnya semakin parah.
Seul Bi gamang untuk meletakkan tangannya ke Catatan Hitam.
“Thank you. Please find happiness, Woo Hyun.” Ucap Seul Bi. Dia pun meletakkan tangannya ke Catatan Hitam sebagai tanda sebuah perjanjian. Seketika Catatan itu bersinar, tubuh Seul Bi pun diselimuti cahaya yang menyebar ke seluruh penjuru tempat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar